Orang Pintar Pasti Cuan? Study Kasus FOMO ARTO 2021

ketika sebuah koreksi besar terjadi semua orang akan merasa sangat pintar dengan jargon andalan "tuhkan gw bilang juga apa", namun ketika rally terjadi, bahkan orang cerdas pun mampu membuat valusi untuk membenarkan pembelian FOMOnya.

seperti tahun lalu ketika koreksi Bank Digital terjadi, ARTO terjun bebas dari level 18.000 sampai ke 2000 di awal tahun 2023, ketika sudah terjadi, mudah berbicara "fundamentalnya gak ada". ketika ngomong hal yang sama di tahun 2021 itu akan terdengar aneh karena rata rata mengeluarkan Valuasi yang membenarkan kenaikan extreme bank digital primadona 2021 ini.

se Extreme apa? mari kita lihat chart dibawah

perbandingan net income dan harga ARTO
2018-2023

di 2021 Q1 ARTO mencetak rugi bersih (38M) lalu di Q2 mengecil jadi (9M)  berbalik untung di Q3 14M lalu berlanjut untung 119M, siapa yang tidak takjub? keraguan akan Bank Digital susah cuan di buktikan dengan progress dari rugi (38M) untung 119M.harga saham naik ratusan persen kurang dari setahun. fomo? wajarlah.

irrasional terjadi ketika ARTO mencetak laba 119M  dengan market cap 261T, maka dengan perhitungan sederhana, jika ARTO mampu mencetak laba konsisten 119M selama 20 tahun kedepan  maka total labanya berubah menjadi 2,3T.

market cap yang dibayar di 2021 memilki future PE Ratio 113x, jika melihat apresiasi PE BBCA di valuasi PE 24 setiap tahun, PE 113 dengan ekpektasi konsisten laba dan tidak ada penambahan lembar baru tetap berada di valuasi mahal.

namun di kala euforia siapalah yang percaya dengan hitungan PE, bahkan jargon Value Investing Is Dead pun sering terdengar, siapa yang mengingatkan kala itu akan dicap DINOSAURUS.

sebagai pemula pasar modal pun saya kemakan, untungnya kala itu fokus saya trading bukan investing, maka saya tidak terseret dalam drama Value Investing VS Momentum Investing ini.

dan apakah yang FOMO retail doang? tentu tidak. mari kita lihat balance position dibawah

data kepemilikan bulanan reksadana di  ARTO 
periode June 21 -May 23


di bulan Maret 21, foreign reksadana bertambah 114.174.817 lembar dimana jika dilihat range harga bulan itu berada di kisaran 7000-9000an, tentunya saya tidak bisa memastikan berapa dan siapa reksadana yang membeli (kalo pake Bloomberg terminal keliatan), jadi asumsikan saja reksadana mampu membeli di harga terendah di average 7000. 

ber selang setahun kemudian ada pengurangan massive dari foreign reksadana sebesar 124.579.113 lembar di bulan Maret 2023. hampir  bisa dipastikan akhirnya mereka cutloss besar.

ini mengapa judul dari tulisan ini "Pintar Pasti Cuan?", tentu kita tahu Reksadana Asing bukanlah orang yang bisa dikatakan bodoh, melihat mereka di isi Analis Analis Bersetifikat CFA yang ujiannya susah beneerr. 

namun orang pintar pun bisa salah dalam mengambil eksekusi pembelian, entah apa valuasi yang di pakai, entah market timing atau murni keperluan indexing saya pun tidak tau, intinya mereka cutloss di ARTO dan mengakui kesalahan entrynya.

tulisan ini adalah pengingat bagi saya, orang pintar bisa salah, dan orang pintar bukan acuan dalam membeli sebuah aset aset investasi, karena korban ROBOT TRADING yang jelas jelas Ponzi pun korbannya banyak nama nama besar, yang tidak bisa di bilang bodoh, hanya dibutakan FOMO ingin cepat kaya tanpa meghitung resiko dan rasionalitasan sebuah aset investasi.

apakah Tech yang ber Valuasi PE selangit bahkan Rugi artinya Overvalue? ya belom tentu, karena masa depan bisnis siapa yang tau dan Valuasi banyak jenisnya. tugas saya sebagai investor hanya konsisten dengan valuasi yang saya yakini. 

Isaac Newton aja nyangkut di Southsea Bubble kurang pintar apa coba. 

tidak ada orang pintar yang mengatakan dirinya pintar.














Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiki Taka Lionel MSIE

Universitas Negeri Youtube : Fundamental Saham

Cara saya valuasi EAST