Dibalik Amblesnya 20 saham top loser 2022
penurunan harga drastis sebuah saham sering dianggap karena adanya miss antara ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap sebuah emiten yang sudah overvalue. seperti fenomena ARTO yang berhasil bertengger di urutan ke 6 kapitalisasi pasar saham di IDX pada tahun 2021, meski kala itu mampu mencetak laba bersih 86M, namun dengan kapitalisasi pasar 219T artinya PE ratio berada di 2551 kali, jika membeli ARTO kala itu maka Investor harus yakin jika PE wajar di masa depan adalah 27 maka di saat itu ARTO memiliki laba bersih 8T. jika proyeksinya 5 tahun maka WAJIB tumbuh 147% pertahun. ketika semua proyeksi "diatas awan" itu terjadi maka valuasinya barulah wajar setelah menunggu 5 tahun.
![]() |
ARTO meduduki posisi 13 top Loser 2022 setelah setahun sebelumnya menjadi peringkat 6 top market cap IDX |
untuk mengetahui apakah faktor utama amblesnya adalah karena miss ekspetasi di valuasi overvalue, maka saya memakai data net income setahun sebelumnya dan penutupan 2022, karena pelaporan tahunan dilaporkan 1 bulan setelah penutupan tahun, untuk acuan overvalue memakai
PE dibawah 26 dan juga PE minus tentunya.
dari data yang saya kumpulkan ada
17 Overvalue 2 undervalue 1 baru ipo di 2021
15 Overvalue 4 undervalue 1 suspend di 2022
dari data diatas jika memakai acuan valuasi PE ratio, mayoritas saham yang ambles terbanyak selama 2022 baik yang lagging dengan data acuan 2022, maupun yang sudah tecatat di tahun berjalan 2021 menunjukan adanya korelasi kuat dengan presentase melebihi 50% dari sampel yang di kumpulkan.
![]() |
ARTO 2020-2023 |
tentunya jika ingin mengetahui lebih detail harus memahami bisnis satu persatu dari emiten, namun dalam memori saya yang paling teringat adalah ARTO yang kala itu jika memakai valuasi PE ratio dengan acuan Growth Rate angkanya akan tidak masuk. dan saking hypenya bahkan ada jargon "fundamental is dead", namun ternyata hanya butuh 1 tahun bubblenya meletus dan ketika mereda ARTO tetap mendarat di valuasi mahal.
![]() |
ASSA 2020-2023 |
Juga ASSA emiten yang sebenarnya sehat sehat saja namun di hargai terlampau mahal di PE 79 di penutupan 2021, selama 2022 kinerja ASSA menurun sekitar 27% namun di penutupan 2022 valuasinya berada di PE 26 karena harga yang ambles 76% karena Euforia market yang berlebihan.
di tahun itu tentunya saya pun belum mengerti tentang valuasi sebuah saham dan logika bisnis suatu emiten, namun tulisan ini akan saya jadikan pengingat jika kelak ada bubble serupa dimana perusahaan bagus di hargai di valuasi mahal saya tidak akan membelinya. meski saya harus di ledek dinosaurus oleh mayoritas penghuni market.
tetapi perlu di ingat John Maynard Keynes pernah berkata market bisa irrational dalam jangka yang panjang, jadi bukan berarti ketika perusahaan berada di valuasi sangat mahal artinya dalam jangka pendek akan koreksi.
bagi saya tidak ada salahnya menaruh ekpektasi pesimis dalam sebuah valuasi saham setelah mengerti bisnisnya, toh resikonya hanya ketinggalan kereta karena nawarnya kerendahan yang menyebabkan kehilangan kesempatan meraih keuntungan. namun ketika saya membeli saham overvalue artinya jika ekpektasi diatas awan akhirnya turun sedikit saja... maka kerugian besar akan saya alami dalam waktu yang singkat seperti investor yang mungkin membeli 20 saham di atas di awal 2022.
ketinggalan kereta? sabar.... nanti akan ada kereta berikutnya.
Makasih bang
BalasHapus🤩
BalasHapusKapan posting lagi bangg asik baca"nya hehe
BalasHapus