Pemborosan Alokasi Aset BMBL

Bagian 1: mengapa BMBL?

Ketika saham ini baru IPO di awal tahun 2023, saya sangat tertarik dengan bisnis yang mereka jalani.

Menyediakan Bimbingan Belajar untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri yang hampir mustahil biaya masuknya tidak tumbuh setiap tahun. Dalam pikiran saya waktu itu Perusahaan ini seharusnya bisa menaikan harga yang akan membuat Pendapatan maupun Laba Bersih tumbuh minimal 20% pertahun. Belum lagi di prospektus  mereka ingin menggunakan dana ipo untuk membeli apartment yang nantinya akan dipakai untuk program bootcamp, yang dimana biasanya mereka menyewa hotel. Dengan adanya aset ini makin memudahkan mereka dalam efisiensi biaya.

Disinilah awal  emiten asal depok ini saya putuskan untuk dikulik lebih dalam.

 

Bagian 2: terhenti di aset

Dalam meneliti sebuah emiten yang bisnisnya mudah dipahami, saya selalu memulai dari

  1.     Liabilitas
  2.     Asset
  3.     Prospek usaha

Liablitas dimulai terlebih dahulu untuk mengantisipasi potensi gagal bayar hutang hutang Perusahaan, dilanjut dengan aset untuk memastikan aset aset yang ada di Neraca benar benar aset yang bisa mendatangkan Omset atau revenue. Terakhir baru saya cek Prospek usaha, apakah ada potensi bisnisnya tumbuh 20%/ tahun atau tidak.

Untuk liabilitas BMBL tidak ada masalah potensi gagal bayar. melihat mereka memiliki dana bersih dari IPO 53M sedangkan total liabilitas sebesar 6,7M. lalu  saya lanjut cek arus kas dari operasi terlebih dahulu. Karena bila BMBL punya hutang 6,7M tetapi arus kas bersih dari operasinya sekitar 4M artinya 2 tahun beropreasi seharusnya bisa membayar tuntas hutang bahkan bila semuanya memiliki bunga 7%an pertahun.

Setelah di cek ternyata ada pembayaran kepada pemasok yang naik dari 5M menjadi 16M. disinilah awal saya menemukan  “Pemborosan BMBL”.

Pembayaran kepada pemasok berarti ada dana yang keluar yang berhubungan dengan aktivitas operasi namun bukan untuk investasi. apalagi pendanaan. Segala pembayaran di bagian arus kas akan tergambar jelas di neracanya.

Setelah melihat neraca saya menemukan ada 5 aset naik signifikan;

  •  Piutang usaha : 3.586.357.165
  •  Biaya dibayar dimuka (aset lancar) : 2.425.000.000
  • Biaya dibayar dimuka (asset tidak lancar): 9.399.000.000
  •  Uang Muka (aset tidak lancar) : 8.656.318.315
  •  Aset tetap : 3.080.063.924
  •  Aset tak berwujud : 2.352.439.598

Total aset bertambah 25.856.408.194

Pembayaran ke pemasok sebesar 16M dan arus kas untuk investasi 14,5M

Dengan rincian :

  • Uang muka pembelian Aset : 8.656.318.315
  • Pembelian aset tetap : 3.284.659.750
  • Penambahan aset tak berwujud : 2.374.862.932

Bila membandingkan arus kas dan Neraca  ada 3 akun yang tidak  sinkron yaitu

Biaya dibayar dimuka (aset lancar), Biaya dibayar dimuka (aset tidak lancar) dan Piutang Usaha.

 

Bagian 3 : Pemborosan ditemukan, Pembelian Dibatalkan

Ketika melihat catatan kaki biaya dibayar dimuka poin 8, ternyata isinya adalah :

  • Iklan dan Promosi : 4.500.000.000
  •  Program Virtual Reality 3.174.000.000
  • Perawatan Website 2.411.000.000
  • Katering 1.739.000.000.

Total:  11.824.000.000

Saya berasumsi inilah biaya pemasok yang keluar. Karena Ketika saya menelpon BMBL menanyakan hal ini  mereka menyuruh untuk email langsung ke Corsecnya. Namun sampai tulisan ini dibuat belum ada balasan dari mereka. Maka saya andalkan saja laporan keuangan 2022.

Ketika melihat akun itu, pemborosan paling konyol bagi saya adalah Program Virtual Reality sebesar 3M . karena catatan kakinya tidak ada, saya langsung klik CRTL+F virtual reality.

Finder mengantarkan saya ke point 32a dan b Perikatan dan Perjanjian Penting, niat menemukan PT apa yang menang tender Virtual Reality ini, malah menemukan pemborosan lainnya.

Dalam catatan itu menjelaskan detail bahwa:

Iklan dan Promosi adalah Jasa konsultasi social media dan videografi serta konten youtube dengan jangka 5 tahun sebesar 4,5M artinya 900jt pertahun yang di laksanakan oleh PT Kreasi Insan Mulia.

Saya menganggap 900jt pertahun adalah budget yang luar biasa besar untuk bisnis BIMBEL.

Ketika proses googling PT KIM yang keluar malah TK dan Yayasan. Karena informasi yang minim. Saya akhirnya mengecek ke website ditjen ahu untuk melihat Profil usaha KIM, namun setelah saya search. Ternyata tidak ada hasil. PT tidak ditemukan.

Jiwa penasaran semakin tinggi, saya telpon call center ahu untuk menanyakan PT yang bersangkutan, menurut penjabaran mereka. PT ini terdaftar namun belum melaporkan penerima manfaat akhir, sehingga informasinya di blokir sampai Perusahaan melaporkan datanya.

Namun hal diatas hanya intermezzo saja.

Pemborosan menurut saya adalah Iklan dan Promosi, Program Virtual Reality, Perawatan Website, Perjanjian pembelian server, dan sistem apikasi sumber daya manusia yang bila di total memakan biaya 17,9M. dengan bisnis BIMBEL BOOTCAMP seharusnya dana sebesar itu dipakai untuk membeli lebih banyak apartmen sehingga ada effisiensi beban kamar Ketika Bootcamp dilaksanakan.

Karena ketidak setujuan visi dengan alokasi uang BMBL saya pun batal membeli. Memang secara book value murah bener.. tapi fokus saya selalu di laba. bisnis tujuannya menciptakan laba , aset tujuannya menghasilkan Pendapatan, Pendapatan tumbuh valuasi memurah meski harga naik, investor cuan deh.

Inti dari pemborosan yang saya temukan di BMBL adalah Perusahaan mengeluarkan biaya terlampau mahal 17.9M ,dengan hasil Revenue 12M, seaindainya beban ini Cuma 10% dari total revenue saya akan anggap itu hal wajar dan bukan pemborosan, melainkan percobaan “digitalisasi” BMBL.

Dengan komposisi 17,9M diatas saya jadi bingung, sebenernya BMBL ini mau jadi Bimbel atau belok jadi Social Media Agency.

Namun sampai Hari Ini saya tetap memantau BMBL meski laporan Q3 2023 bebannya semakin bengkak baik di arus kas maupun di laba rugi.

Gak jadi beli gpp, minimal dalam proses mengulik bisnis skill saya nambah. Mana tau ada bisnis edukasi yang IPO  dengan capital alokasi yang jauh lebih baik.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiki Taka Lionel MSIE

Universitas Negeri Youtube : Fundamental Saham

Cara saya valuasi EAST