Kinerja 2023

Kinerja di penutupan tahun 2023 cukup memuaskan, portofolio mampu bertumbuh 24%, dengan IHSG yang tumbuh 6% serta ISSI yang stagnan di tahun yang sama.

Pertumbuhan Ekuitas di kontribusikan dari hasil divestasi NRCA EAST SRTG, serta dividend dari NRCA dan EAST.

Divestasi saya lakukan untuk menambah posisi di PJAA, dan berinvestasi di HAJJ. Pelepasan EAST dan NRCA bukanlah karena penurunan kinerja. Melihat laba bersih mereka berdua mampu tumbuh masing masing 29% dan 24%. (9 bulan 2022 – 2023)

East Parc Hotel –  

Apreasiasi saya berikan untuk teman teman manajemen di EAST yang mampu beradaptasi di Tengah pandemi, dan juga mengerti betul segmentasi. Merubah ruang meeting menjadi Indoor Playground dan menambah wahana wahana ramah anak di sekitar hotel adalah Langkah yang amat cekatan.

Hasil dari inovasi mereka memberikan harga kamar yang setara dengan hotel sebesar Marriot. Ber Bisnis di Kota dengan Tingkat hunian tertinggi se Indonesia di tambah segmentasi yang jelas, saya rasa menjadi keunggulan terbesar mereka.

Nusa Raya Cipta –

Ditengah kondisi sektor konstruksi yang memilki sentiment negative dikarenakan BUMN karya yang bermasalah seperti WSKT WIKA, NRCA mampu bertahan bahkan tetap membukukan laba positif semasa pandemi. Tentu bukanlah hal mudah bagi sektor dengan biaya tinggi seperti konstruksi.

Bukan hanya bertumbuh, juga membagikan dividend jumbo sebesar 101M tanpa membuat Neraca mereka “goyang”.

Transparansi mereka patut diacungi jempol, di laporan keuangan catatan kaki point 37 mereka menaruh nilai kontrak  dan progress secara detail. Belum lagi corsec juga sangat cekatan membalas email dari investor kecil seperti saya.

Divestasi dan konsentrasi.

core position dengan keyakinan tertinggi adalah PJAA, bukan tanpa sebab. Bisnis tahan banting ini sudah melewati bebrapa krisis dari 98, 2008, hingga pandemi yang hampir membangkrutkan mereka.

Ketika memerhatikan  PJAA saya menunggu hasil laporan keuangan Q2 2022 sebelum membeli, lebih baik membayar sedikit lebih mahal dari pada mesti spekulasi di resiko yang tinggi. meski secara logic hampir mustahil PJAA tidak recovery melihat pandemi sudah usai. 

tapi tetap saja efek dari hutang dan obligasi tidak bisa dianggap main main. menunggu sampai arus kas Operasi separuh dari masa sebelum pandemi saya rasa bukan Keputusan yang buruk.

Berselang satu tahun market memberi kesempatan untuk saya menambah posisi di emiten ini, secara irrasional setelah Q2 2023 terlapor, saham PJAA sempat Spike ke harga 1000an lalu perlahan turun ke harga 800.

Suatu hal yang di luar dugaan melihat secara makro dan laporan keuangan sudah konfirmasi mereka selamat dari pandemi. Secara konservatif EPS 144 (2019) membuat harga  800 menawarkan pembelian di PE 5,5 dengan dividend yield di tahun yang sama 6,8%. 

Pertama saya melakukan divestasi SRTG, lalu NRCA, dan akhirnya dengan berat hati saya harus melepas EAST. Mungkin ini bisa jadi bias, namun saya tidak mau menyianyiakan kesempatan yang di tawarkan oleh market.

Untuk HAJJ saya baru mengalokasi dalam porsi spekulasi, bukan price action tetapi secara resiko liquiditas (keuangan) mereka tidak ada hutang bank yang tinggi. Ini memberikan keamanan dalam bisnis dengan mengurangi resiko kebangkrutan.

Meski pembelian belum besar dari target akumulasi, namun saya salah menghitung prospek, Dimana EPS yang saya hitung adalah ekspektasi Net Profit Margin 8-10%, saya lupa cek NPM PANR dan BAYU. Kesalahan ini mempuat harga bayar di PE 15-16. Meski growth rate HAJJ bisa 20%+. Namun kesalahan ini tidak bisa di benarkan. Sekarang saya menghitung NPM max 5% saja untuk pembelian di masa depan.

Saya rasa untuk HAJJ karena baru IPO dan membutuhkan bukti kinerja 1-3 tahun mendatang, alokasi 20% adalah target saya. Dengan asumsi bila worst case saya akan kehilangan 10% dari total portofolio Ketika kinerja anjlok dan 20% max loss.

Tentu tidak ada yang menjamin setelah saya mengantisipasi resiko bisnis PJAA dan HAJJ secara detail saya tidak akan mengalami kerugian, Namanya bisnis ya kan tidak se simetris rumus matematika.

Tulisan tahunan ini saya tutup dengan Alhamdulillah dan petuah dari mendiang

Engkong Charlie Munger

All I Want To Know Is Where I'm Going To Die So I'll Never Go There”

Resiko dulu…baru mikirin upside.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiki Taka Lionel MSIE

Universitas Negeri Youtube : Fundamental Saham

Cara saya valuasi EAST